Mengurai Dow Theory : Relevankah dalam IHSG?
Rabu, 27 Januari 2010 11.38 WIB
(Vibiznews – Stocks) - Dow theory adalah pelajaran paling mendasar dalam analisa teknikal pada sekuritas. Setiap trader yang belajar analisa teknikal, pasti pelajaran pertamanya adalah teori ini. Alasannya karena teori ini adalah yang paling sederhana dalam analisa teknikal. Walaupun sederhana, bukan berarti kita tidak bisa memanfaatkannya untuk meraih gain di pasar saham.
Teori ini muncul pada abad 19 yang merupakan hasil pemikiran Charles Henry Dow, seorang jurnalis asal Amerika Serikat yang juga merupakan salah seorang pendiri Dow Jones dan Wall Street Journal. Teori Dow pertama kali dipublikasikan di 255 Wall Street Journal. Setelah Dow meninggal, teori ini kemudian di dokumentasikan oleh William Peter Hamilton, E.George Schaefer dan Robert Rhea.
Menurut teori Dow, ada dikenal 6 prinsip yaitu:
1. Pasar mempunyai 3 pergerakan utama, yaitu :
• “Main Movement” atau pergerakan utama. Ini adalah pergerakan dalam jangka waktu yang panjang, bisa kurang dari setahun ataupun lebih. Pergerakan jangka panjang tersebut bisa berupa tren bullish ataupun bearish.
• “Medium Swing” yaitu reaksi kedua yang terjadi sesudah pergerakan primer terjadi. Gerakan ini biasa terjadi sepanjang 3 hari sampai 3 bulan. Secara umum, gerakan kedua ini bergerak sebesar 33%-66% dari besarnya pergerakan primer.
• “short swing” adalah pergerakan minor dalam hitungan waktu jam atau hari juga bisa.
2. Tren pasar ada 3 fase, yaitu:
• Akumulasi (accumulation) adalah tahapan dimana investor yang “cerdik” atau sudah mempunyai informasi terlebih dahulu, mengadakan pembelian atau penjualan saham secara perlahan – lahan. Pada tahap ini, harga saham cenderung tidak berubah (sideways trend) karena investor tersebut adalah minoritas sehingga kurang bisa menggerakkan pasar.
• Fase ke dua adalah dimana investor yang lain mulai menangkap dan mengetahui tindakan investor pada fase pertama tadi. Akhirnya pasar mengikuti tindakan investor pertama untuk membeli atau melepas saham. Pada tahapan ini, terjadi perubahan harga yang sangat drastis karena hampir semua investor sudah melakukan tindakan yang sama. Fase ini berlanjut hingga para pengikut tren (trend follower) dan spekulan sudah mengontrol pergerakan harga saham.
• Fase ke tiga yaitu dimana investor yang pertama mulai mendistribusikan kepemilikannya ke pasar. Investor mulai menjual atau membeli saham yang dibeli di awal, sebelum pasar melakukan adjustment atau koreksi pada harga. Trend follower yang terlambat melepas sahamnya, biasanya akan menderita loss.
3. Pasar akan mendiskon semua berita ke dalam harga secepat mungkin. Ketika suatu berita dikeluarkan, pasar akan menyesuaikan terhadap harga saham.
4. Pasar saham secara rata-rata akan mengkonfirmasi antara yang satu dengan yang lain. Menurut Dow, pergerakan indeks saham dari suatu sektor/kelompok harus diikuti juga dengan gerakan searah dari sektor/kelompok lainnya yang mendukung sektor/kelompok pertama tersebut. Dan harus ada keterkaitan yang kuat antara dua sektor tersebut. Dalam studi kasusnya dow menggunakan 2 jenis index saham yaitu Dow Jones Industrial Averages Index dan Dow jones Tranportation Averages Index. Menurut Dow, Jika terjadi kenaikan dibidang produksi maka otomatis akan terjadi kenaikan juga dari sisi transportasi karena transportasi dibutuhkan untuk distribusi barang. Jika tidak terjadi konfirmasi antara 2 index tersebut sangat dimungkinkan akan terjadi perubahan gerakan dari salah satu index tersebut.
5. Tren akan dikonfirmasi oleh volume. Dow mengatakan bahwa tren yang sebenarnya itu harus diikuti oleh volume perdagangan yang besar, atau melebihi dari yang biasa.
6. Tren akan bertahan hingga muncul sinyal yang kuat untuk mengindikasikan bahwa tren sudah berakhir. Menurut Dow, trend dikatakan akan berbalik arah (reversal) atau akan diteruskan lagi berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap gelombang (wave) dalam grafik. Metode Analisa yang biasa dipakai adalah analisa peak and trough.
Relevansi dalam IHSG
Teori Dow ini bisa dikatakan merupakan teori yang sudah tua, namun banyak orang masih menggunakan teori ini sebagai dasar analisis dalam meramal pergerakan bursa saham. Mungkin timbul pertanyaan dalam hati investor, apakah teori ini dapat dipergunakan dalam IHSG?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita kembali ke salah satu dari enam prinsip Dow yang diatas. Pada prinsip yang pertama dikatakan bahwa tren pergerakan pasar itu ada 3 macam, yaitu major trend, medium trend, dan short trend Pada dasarnya, teori Dow mencoba memprediksi apa yang akan terjadi di pasar dengan melihat pola trend yang terjadi. Untuk kali ini, kita hanya membahas relevansi dari prinsip pertama dalam Dow Theory.
1. Major Trend/Main Movement
Sepanjang tahun 2009, bursa saham di Indonesia mengalami bullish. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meroket 100% lebih dari 1200an pada bulan maret ke 2400an pada akhir tahun. Ini adalah contoh dari major trend yang dikatakan dalam teori Dow. Tren kenaikan IHSG ini berdurasi sekitar satu tahun.
2. Secondary Movement/Medium Swing
Di sepanjang tren bullish yang panjang pada tahun 2010, terjadi beberapa pergerakan kecil yang relatif pendek dalam hitungan waktu minggu atau bulan. Pergerakan itu bisa berupa pergerakan naik atau turun yang terjadi dalam waktu relatif singkat.
Seperti yang terjadi sepanjang bulan Oktober 2009 dimana pada rentang waktu tersebut terjadi penurunan IHSG. Tanggal 6 Oktober, IHSG ada di level 2.528. Pada akhir bulan, IHSG turun ke posisi 2.367 pada tanggal 30 Oktober. Berarti IHSG mengalami koreksi sekitar 6%. Medium trend yang terjadi ini berdurasi sekitar satu bulan.
3. Minor Movement/Short Swing
Pada awal bulan Desember 2009, terlihat ada swing trend dalam waktu 4 hari. Tanggal 1 Desember, IHSG ada di posisi 2.452. IHSG mengalami kenaikan selama 4 hari berturut-turut hingga ke level 2.511. Berarti indeks mengalami kenaikan sekitar 2,5% dalam 4 hari. Inilah contoh dari swing trend dalam IHSG.
Kesimpulan
Ada banyak kisah sukses orang yang berinvestasi di pasar modal dengan hanya mengandalkan analisa trend ini. Seorang teman saya semasa kuliah dulu membeli saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pada saat harganya terkoreksi ke level Rp 400. Kemudian dia menjual saham BUMI tersebut di harga Rp 3000 pada sekitar bulan September 2009. Satu jenis saham yang dipegang tersebut mengalami kenaikan hingga 650% dalam kurun waktu tidak sampai setahun. Luar biasa bukan? Padahal hanya mengandalkan analisa sederhana dan sedikit keberanian untuk masuk ke saham BUMI saat mengalami tekanan jual yang sangat hebat. Selebihnya, dia hanya sabar menunggu hingga melihat sinyal pembalikan arah terjadi.
Penelitian formal untuk mengukur return dengan menggunakan dasar-dasar dari Dow Theory juga sudah pernah dilakukan. Penelitian sederhana yang dilakukan oleh Norman Fosbeck menunjukkan bahwa “market timing” lebih bagus dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan buy&hold. Berikut hasil penelitian Norman fosbeck yang dilakukan dari tahun 1964-1984.
Namun, metode trending ini juga mempunyai banyak kekurangan. Salah satu kekurangan utamanya adalah bahwa penggunaan metode ini akan mengakibatkan kita ketinggalan sekitar 20% dari pergerakan pasar. Penyebabnya adalah susahnya menebak dan mengukur pola-pola trend yang terjadi. Titik pembalikan (reversal) dari suatu trend juga susah dideteksi dengan cepat.
Kunci sukses dari berinvestasi dengan menggunakan analisa Dow adalah mengetahui horizon investasi kita sendiri. Jika target kita adalah untuk waktu yang agak panjang, kita bisa melihat tren major yang terjadi pada saham tersebut. Namun jika target kita adalah harian, tren yang harus kita lihat adalah short swing. Tentu dibutuhkan juga konsistensi dan kesabaran menunggu hingga tren tersebut mengalami perubahan atau pembalikan arah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar